Seperti kita ketahui, media sosial (medsos) seperti Instagram selalu memperbarui fitur-fiturnya. Bukan cuma untuk memperkuat sistem, tapi juga mengundang orang-orang seperti kita agar betah menggunakan platform mereka.
Mungkin tidak sedikit dari kita lupa betapa populernya TikTok dulu. Sampai-sampai banyak kontennya yang berseliweran di mana pun kita berada. Sempat dikabarkan akan menggeser Instagram dari posisinya sebagai platform medsos terpopuler.
Hingga akhirnya fitur Instagram Reels diluncurkan. Orang-orang pun mulai kembali tertarik dengan Instagram. Bahkan hanya selang beberapa waktu diluncurkan, banyak konten video Reels dengan jumlah views yang membludak.
Baca Juga: Chronological Feed Instagram: Fitur Baru, Wajah Baru
Tapi, namanya juga animo. Mau bagaimanapun, orang-orang akan cepat merasa jenuh. Dan benar saja — beberapa bulan belakangan ini — tidak sedikit konten video Reels yang engagementnya kecil.
Melalui konten di akun Instagram pribadinya, Head of Instagram Adam Mosseri menyampaikan kalau Instagram mengalami perubahan lagi dari segi formatnya.
Dulu tampilan video Reels 9:16 dan tampilan foto 1:1 atau 4:5? Oke!
Sekarang tampilan video Reels dan foto di feed sama-sama 9:16. Full screen. Mirip tampilan TikTok.
Pertanyaannya, kalau diubah menjadi seperti ini,
Apa efeknya pada kita? Apakah format foto bakal unggul lagi?
Mari kita kupas satu per satu.
1. Foto dan video sama-sama full screen

Kini, konten video Reels dan foto akan tampil full screen di home feed. Tidak seperti dulu ketika perbedaan ukuran di antara keduanya terlihat jelas.
Kenapa Instagram melakukan itu?
Karena Instagram ingin mempelajari cara berinteraksi penggunanya. Apakah format 9:16 lebih mobile-friendly atau justru malah sebaliknya.
Instagram juga ingin menciptakan suatu sistem di mana para kreator konten bisa berkarya secara bebas dengan tetap mendapatkan penghasilan.
Jadi, penggunanya tidak lagi memposting ulang konten TikTok di plaftorm mereka, melainkan membuat konten Reels sendiri yang orisinil. Supaya semakin betah dan mau berlama-lama di Instagram.
Apa dampaknya bagi pengguna?
Mau tidak mau, kita perlu terbiasa dengan format 9:16. Jangan sampai, konten-konten kita tidak enak dipandang dengan format segitu.
Itu berarti, saat mendesain konten, mengubah ukuran layout saja tidak cukup.
Anda harus sering trial and error untuk menemukan desain konten seperti apa yang disukai oleh pengguna Instagram.
2. Ada kemungkinan engagement / jumlah interaksi jadi rendah

Karena tampilan foto jadi full screen, sehingga membuat tombol likes, komen, share, dan save seolah-olah tertutupi.
Beda dengan dulu, ketika ukuran foto masih 1:1 atau 4:5. Semua tombol engagement tampak jelas, termasuk juga jumlah likes dan komentarnya. Berapa puluhan karakter caption masih terbaca jelas.
Mau bagaimanapun, jumlah likes, komen, dan caption juga berpengaruh terhadap kemauan orang-orang untuk berinteraksi dengan postingan kita. Makanya wajar ketika jadi full screen jumlah interaksi bakal turun.
Satu lagi, soal tombol save. Kalau biasanya kita menemukan konten menarik tinggal menekan tombol save di bagian kanan bawah postingan, kini kita harus mengklik tombol di bagian kanan atas postingan sebanyak dua kali.
Bayangkan betapa repotnya kita. Menyimpan konten tidak lagi seefisien dulu!
Pada intinya, Instagram akan terus berinovasi mengembangkan fitur-fiturnya lebih lanjut agar kita sebagai pengguna lebih betah berada dalam platform mereka. Lebih lagi mau terus berkarya membuat konten-konten ala Instagram yang orisinal.
Tampilan home feed jadi full screen hanyalah salah satu konsekuensi dari sengitnya persaingan dan perjalanan waktu. Dan untuk menjadi pemenang di Instagram, Anda harus terus mengikuti update Instagram terkini.
Ingin mengembangkan akun Instagram bisnis Anda? Serahkan saja kepada Increasink! Kami sudah berpengalaman selama 10 tahun dengan bisnis perorangan dan perusahaan.
Tersedia FREE 1 sesi konsultasi bagi Anda yang baru pertama kali menggunakan jasa kami. Untuk ketentuan seperti jadwal dan sebagainya bisa kita bicarakan lebih lanjut.
Klik link ini untuk segera berkonsultasi.
Sumber: EmbedSocial