Betul, Anda tidak salah baca: repositioning adalah ‘juru selamat’ bisnis Anda.
Pertanyaannya: kenapa bisa begitu? Memang, repositioning itu apa? Kok bisa sampai dikatakan segitunya bagi bisnis?
Repositioning adalah…

Repositioning adalah…apa?
Seperti namanya, ialah memposisikan ulang merek atau produk agar target konsumen bisa tertarik lagi dengan apa-apa yang ditawarkan oleh merek.
Bahasa sederhananya, mengubah citra atau kondisi dari merek atau produk.
Contoh repositioning adalah…

Katakanlah Anda memiliki bisnis kosmetik perempuan. Citra awalnya seolah eksklusif dan teruntuk perempuan dengan pendapatan kelas menengah ke atas.
Namun, karena beberapa pertimbangan, Anda dan tim akhirnya terpikirkan untuk mengubah citra dari bisnis kalian. Hal ini supaya produk bisa lebih laku dari sebelumnya.
Nah, repositioning adalah seperti ini.
Atau mungkin kami akan memberikan contoh nyata dari repositioning.
Anda semua pasti tahu brand Samsung, ya.
Namun, masih ingatkah Anda, bagaimana Samsung kerap kali dikenal dan diasosiasikan dengan negara Korea Selatan? Juga, bagaimana ada kesan konservatif dari sosok Samsung itu sendiri?
Pertanyaannya: jika Samsung tidak merespons desas-desus itu dengan baik — seperti katakanlah menempatkan ulang bisnis mereka, apakah mereka bisa sebesar seperti sekarang ini? Apakah orang-orang masih tetap mau membeli produk Samsung?
Jawabannya: tentu risikonya tinggi sekali bukan kalau Samsung tidak segera mengantisipasinya? Mungkin saja pun, hari ini kita tidak akan menemukan produk-produknya lagi karena masih kental dengan asosiasi seperti itu.
Itulah kenapa Samsung melakukan repositioning. Mereka mengubah citranya agar terkesan global, inovatif, dan modern. Tidak seperti dulu waktu dikira buatan Korea Selatan.
Jadi, sekarang Anda paham ya repositioning adalah apa.
Pertanyaannya: kalau memang konsep repositioning adalah seperti itu, bukannya sama saja dengan rebranding? Atau ternyata keduanya memang berbeda satu sama lain?
Bedanya repositioning dengan rebranding

Oke, memang kalau kita sudah membahas rebranding juga, repositioning suka disamakan dengan istilah itu. Lagi pula, bukankah keduanya memang bermakna “mengubah sesuatu dari posisi sebelumnya”.
Tetapi, tunggu dulu. Meski keduanya benar terkesan seolah sama, ternyata keduanya memiliki tujuan yang berbeda.
Kalau tujuan keduanya saja sudah berbeda, berarti strategi keduanya nanti juga bakal berbeda satu sama lain. Tidak bisa disamakan.
Sementara repositioning adalah tentang mengembalikan kepercayaan konsumen sekaligus menarik perhatian mereka, rebranding lebih pada merombak ulang bisnis maupun merek secara keseluruhan.
Bahasa sederhananya, rebranding dilakukan untuk memulai perusahaan dari awal lagi. Sedangkan repositioning adalah gimmick untuk menarik perhatian orang-orang.
Seperti contoh Samsung tadi. Mereka tidak benar-benar memulai bisnis dari awal lagi, bukan? Hanya mengubah konsep dari citra mereka kan, supaya orang-orang tertarik dengan mereka?
Sementara untuk rebranding, mungkin kita bisa melihatnya dari Accenture. Bagi Anda yang pernah mendengar nama merek ini, mungkin tahu mereka bergerak di bidang apa. Seperti apa sekilas perjalanan bisnis mereka.
Namun intinya, perusahaan ini dulunya bernama Andersen Consulting. Entah kesambet apa, mereka memutuskan untuk melakukan rebranding pada 2000 lalu. Imbasnya, nama perusahaan pun berubah menjadi Accenture yang kita kenal sekarang ini.
Apakah hanya nama perusahaan saja yang berubah? Ternyata, tidak. Model bisnis mereka secara keseluruhan berubah. Dari ruang lingkup yang mungkin sempit, sekarang jadi lebih luas.
Kira-kira seperti itulah gambarannya.
Pertanyaannya: oke, saya sudah tahu bedanya positioning dengan rebranding. Sekarang, bagaimana cara yang tepat dalam melakukan repositioning?
Jawabannya: mudah saja. Silakan adopsi salah satu atau beberapa dari bentuk repositioning yang ada.
Berikut penjelasan untuk masing-masing bentuk repositioning.
Bentuk-bentuk repositioning yang bisa dilakukan:

1. Image repositioning: seperti namanya, yang diubah adalah citra perusahaan. Jadi, produk yang Anda jual tetap sama, begitu juga dengan target konsumen Anda. Tetapi, persepsi konsumen terhadap brand Anda sudah berubah.
2, Product repositioning: sementara untuk ini, target konsumen Anda tetap sama, tetapi produk yang Anda tawarkan berbeda dari sebelum-sebelumnya. Jadi, produk baru Anda mungkin akan lebih sesuai dengan tren sekaligus selera konsumen.
3. Intangible repositioning: intinya, mengubah target konsumen Anda secara keseluruhan — benar-benar berbeda dari sebelumnya. Repositioning ini bisa Anda dan tim lakukan kalau produk sekarang tidak sesuai dengan konsumen lama.
4. Tangible repositioning: beda dengan sebelumnya, repositioning dilakukan dengan menyasar target konsumen yang baru. Jadi, Anda dan tim tidak perlu sampai mengubah target konsumen secara keseluruhan. Tinggal mencari kesesuaian di antaranya sekaligus dengan produk yang ingin kalian tawarkan.
Apakah brand Anda perlu melakukan repositioning?

Sekali lagi: apakah brand Anda perlu melakukan repositioning?
Kalau benar Anda mengalami permasalahan yang serupa dengan Samsung, katakanlah. Jika ingin memperluas jangkauan bisnis, tentu Anda dan tim perlu melakukan repositioning.
Untuk mengetahui apakah kita perlu repositioning atau tidak, tentu kita harus mengevaluasi bagaimana bisnis kita selama ini. Apakah benar penjualan menurun karena citra dari merek? Apakah benar konsumen kurang senang dengan citra dari merek kita?
Anda bingung dan ingin jalan cepatnya? Serahkan saja kepada Increasink? Kebetulan kami juga membuka layanan brand management. Siapa tahu bisa membantu mengatasi permasalahan Anda!
Increasink sendiri merupakan digital agency yang bergerak di bidang branding dan digital marketing. Kami sudah berpengalaman selama 10 tahun menangani bisnis perorangan maupun perusahaan.
Silakan hubungi nomor di laman ini jika Anda tertarik. Kami lebih dari kata siap untuk melayani kebutuhan Anda!
Terima kasih dan semoga bermanfaat.