Mungkin, ketika pertama kali mendengar kata “gerilya”, kebanyakan dari kita akan langsung membayangkan perang gerilya. Barisan tentara yang saling membombardir dengan musuhnya. Tumpas satu per satu.
Namun, sayangnya konteks “gerilya” tidak melulu soal perang di lapangan. Kini, kata itu sudah banyak digunakan dalam kehidupan nyata, khususnya sebagai salah satu taktik marketing. Diserap sedemikian rupa sehingga menjadi guerilla marketing.
Nah, sebagian besar brand menggunakan taktik guerilla marketing untuk memberi surprise kepada target konsumennya, dengan harapan mereka tertarik untuk membeli produk brand atau minimal terus memperbincangkan konten campaign.
Apa itu guerrilla marketing?

Pada intinya, guerilla marketing adalah taktik memberi berbagai kejutan luar biasa kepada kepada audiens secara tidak terduga, agar mereka terus membicarakan brand tanpa menyadarinya, sehingga pada akhirnya brand awareness meningkat secara drastis. Tanpa harus keluar banyak biaya.
Oleh karena itu, taktik marketing ini lebih banyak menyasar kepada anak muda, yang memang lebih tanggap terhadap isu ketimbang target audiens lainnya. Supaya berita lebih cepat tersebar ke seluruh penjuru negeri.
Anda akan lebih banyak menemukannya dalam bentuk baliho, spanduk, atau produk desain grafis lainnya di sepanjang jalanan, tempat festival, pusat perbelanjaan, taman kota, dan lain sebagainya.
Meski sekilas terlihat sangat menguntungkan, bukan berarti tidak ada risiko dalam menggunakan taktik gimmick marketing.
Memang, apa saja risiko dari menggunakan guerilla marketing?

Pertama, potensi untuk menimbulkan kesalahpahaman. Kalau pesan dalam campaign tidak dibungkus dengan rapi, konsumen akan lebih mungkin untuk salah paham, bahkan sampai di tahap kecewa berat dengan brand.
Berikutnya, belum tentu viral. Mau bagaimanapun, penerapan guerrilla marketing itu cukup tricky. Anda mungkin butuh beberapa pengalaman untuk dapat sense apakah momennya sudah pas untuk viral atau belum. Kami juga pernah membahas ini pada artikel tentang tanda-tanda brand sudah siap untuk viral atau belum, silakan Anda cek.
Ketiga, butuh waktu lama. Kekuatan campaign marketing ini ada pada kreativitas isi dan visual konten. Itu sebabnya Anda dan tim butuh menyeriusi pembuatan ide dan konsep. Akan sangat sulit jika tenggat waktunya bentar lagi.
Namun, Anda tidak perlu khawatir soal ini. Ada Increasink yang siap membantu Anda dalam brainstorming konten campaign!
Kami sudah berpengalaman selama 10 tahun dengan bisnis perorangan dan perusahaan. Lebih dari kata siap untuk membantu Anda!
Klik link ini untuk segera berkonsultasi. Kami sedang membuka FREE 1 sesi konsultasi bagi Anda yang baru pertama kali menggunakan layanan kami.
Terakhir, ketidakpastian dari segi teknis, seperti misalnya tetiba cuaca buruk saat berlangsungnya guerrilla marketing, keteledoran tim dalam mengeksekusi beberapa bagian taktik, atau sebagainya.
Jadi, bagaimana caranya biar guerilla marketing bisa berjalan sukses?
Seperti kata pepatah lama bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Maka, mulailah dengan riset konten-konten campaign yang telah berhasil di masa lalu. Ingat, dipelajari, ya. Bukan berarti ditiru sama persis.
Apa saja yang perlu dipelajari?

Isi konten secara keseluruhan, mulai dari urutan copy (atas ke bawah) sampai padu padan unsur visualnya. Kemudian, dicocokkan dengan karakteristik audiens mereka, dan baru dari situ dipelajari apa-apa yang bisa diterapkan dalam campaign guerilla marketing Anda.
Berikutnya soal efek kejutan. Dalam hal ini, Anda perlu memilih taktik memberikan efek kejutan yang cocok dengan brand personality Anda dan kebiasaan target audiens.
Katakanlah brand personality Anda adalah ramah dan enerjik, sehingga mungkin akan cocok jika memasang baliho lucu-lucuan di sepanjang jalan tol. Supaya audiens bisa membacanya ketika bosan menunggu mobil bergerak karena jalanan macet.
Jangan lupakan juga soal partisipasi audiens dalam campaign. Jika campaign Anda memungkinkan untuk mengajak orang-orang “ikut meramaikannya” secara langsung, cobalah melakukannya. Tentunya dengan memberikan reward kepada mereka setelah campaign berakhir.
5 Jenis dan contoh guerilla marketing

Ambient marketing, taktik menempatkan papan iklan atau produk visual lainnya di tempat yang tidak terduga oleh banyak orang tetapi mudah dilihat, seperti di trotoar, kereta api, kebun binatang, dan sebagainya.
The Copenhagen Zoo adalah contoh sederhananya. Mereka membuat campaign di mana seekor ular raksasa melilit bus hingga tampak mau hancur. Visualnya tampak begitu menarik dan menggugah hati untuk segera pergi menjelajahi kebun binatang.
Ambush marketing, taktik muncul ke dalam campaign brand lain secara tiba-tiba, tanpa angin tanpa hujan. Dengan begitu, brand bisa mendapat perhatian banyak orang dan lebih mudah menyampaikan pesannya.
Kita ambil Sony sebagai contohnya. Mereka menampilkan campaign guerilla marketing yang menghadirkan PSP dengan tampilan berupa lapangan hijau seperti di dunia nyata. Dengan harapan penonton ingat lagi dengan produk tersebut.
Buzz marketing, taktik membuat brand viral dengan cara mendorong konsumen untuk menyampaikan pendapat mereka soal brand, produk, ataupun campaign guerilla marketing itu sendiri.
Experiential marketing, membuat konsumen merasakan langsung menggunakan produk sehingga lebih memercayai brand ke depan, seperti misalnya mencicipi produk makanan secara gratis di pusat perbelanjaan, mencoba berkendara dengan produk mobil tertentu, atau sebagainya.
Stealth marketing, marketing sembunyi-sembunyi, seperti namanya. Pada intinya, taktik ini membuat target audiens misdirection sampai-sampai tidak sadar kalau dirinya sedang menjadi target branding dan marketing.
Contohnya ada Axe dengan campaign papan petunjuk toiletnya. Dengan campaign tersebut, Axe ingin membangun kesan bahwa perempuan juga menjadi peruntukan brand mereka, tidak hanya laki-laki dewasa.
Sumber: MasterClass | mediamove | Referral Candy | Reve CHAT