Pernah mencicipi makanan gratis di pusat perbelanjaan? Atau mencoba menyemprotkan sampel parfum gratis dari brand X?
Bagaimana perasaan Anda setelah melakukannya? Senang karena bisa mencoba produk secara cuma-cuma? Dan makin percaya dengan brand yang menyodorkan produk mereka kepada Anda?
Itulah cara kerja experiential marketing. Anda tidak merasa sedang jadi target marketing, tapi sadar kalau diri Anda sebenarnya sedang berbagi pengalaman bersama brand.
Kok bisa? Memangnya experiential marketing itu apa?

Menurut salesforce, experiential marketing adalah taktik membuat konsumen mau tak mau berbagi pengalaman dengan brand, entah dengan mendorong mereka untuk menggunakan produk brand, ikut festival, buka stand, ataupun cara kreatif lainnya.
Tujuannya, tak lain dan tak bukan untuk mengesankan konsumen. Jadi, dengan begitu, mereka bisa merasakan sendiri bagaimana pengalaman dalam menggunakan produk Anda sebelum membelinya. Sehingga, setelah membeli produk, mereka tidak akan kecewa dengan brand bahkan cenderung merasa lebih puas.
Apakah manfaatnya hanya sebatas itu?
Tentu saja tidak. Coba bayangkan begini. Konsumen Anda puas dengan brand Anda, karena kualitas produk Anda begitu memuaskan bahkan dari sebelum mereka membelinya. Kira-kira apa dampaknya bagi brand?
Mereka akan terus mengingat brand setiap melihat produk Anda. Mengenalnya sebagai brand dengan kualitas produk dan pelayanan yang memuaskan. Bahkan tidak mungkin untuk mereka mengenalkan brand Anda kepada teman-temannya. Bayangkan, akan sebanyak apa lead ke depan!
Kendati begitu, experiential marketing tidak serta-merta berhasil begitu saja
Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan saat memutuskan untuk menggunakan experiential marketing, di antaranya:
1. Tahu tujuan melakukannya

Apakah sekadar untuk membuat brand Anda viral — dibicarakan banyak orang? Atau berharap konsumen langsung membeli produk begitu mencobanya? Anda harus menetapkannya dengan tegas.
Lho, bukannya keduanya sama saja?
Jelas berbeda. Baik dari segi cara melakukannya maupun hasil akhirnya. Dan ini juga akan berpengaruh terhadap strategi marketing jangka panjang dan kas perusahaan.
Kalau tidak hati-hati dalam melakukannya, bisa-bisa Anda dan tim akan kehilangan fokus di tengah jalan, sehingga mengukur efektivitas marketing menjadi lebih sulit dari yang seharusnya
2. Kenal siapa audiens Anda

Seperti kata pepatah bijak, “Tak kenal maka tak sayang.”. Audiens juga akan sulit menyukai brand yang tidak mengenal mereka. Tidak menganggap mereka sebagai manusia; sekadar target jualan.
Dengan begitu, Anda pasti sudah tahu ya harus melakukan apa agar experiential marketing Anda berhasil. Kenali audiens terlebih dulu, baik dari segi psikologis, gaya bahasa, ataupun lainnya. Baru setelah itu menerapkannya.
3. Tentukan value

Apakah agar campaign diingat sepanjang masa? Seberapa banyak produk yang dibagikan secara cuma-cuma? Adakah ekspresi emosi tertentu yang Anda ingin konsumen miliki?
Dengan menentukan value, Anda dan tim akan terbantu dalam menggarap experiential marketing sehingga tidak melenceng dari yang seharusnya.
4. Pengalaman indra konsumen

Mau bagaimanapun, pengalaman dan perasaan tercipta melalui penginderaan. Logikanya, tak mungkin Anda mengesankan konsumen, tapi secara visual, sentuhan, dan sebagainya tidak mendukung sama sekali.
Jadi, dari sini sudah tahu ya Anda harus melakukan apa? Buat packaging dari campaign atau produk sebagus mungkin. Bahkan kalau bisa benar-benar melampaui ekspektasi pasar, sehingga nama brand Anda akan terkenang selamanya.
5. Sumber inspirasi

Pengalaman adalah guru paling berharga, tapi dalam konteks ini ya pengalaman brand lain. Mau bagaimanapun, pengalaman mereka bisa menjadi sumber inspirasi Anda dan tim saat menggarap taktik experiential marketing.
Apakah campaign mereka sudah sesuai dengan target audiens mereka? Apakah campaign atau produk mereka sudah memenuhi prasyarat sebagai sesuatu yang baik? Bagaimana dampaknya terhadap brand awareness mereka.
Kulitilah taktik experiential marketing brand lain sampai tak bersisa.
6. Penggunaan media sosial

Mau tujuan Anda dan tim cepat tercapai? Gunakan media sosial. Segera unggah campaign Anda, entah di Instagram, Twitter, Facebook, ataupun sebagainya.
Dengan begitu brand bisa menjangkau banyak audiens dalam sekejap. Apalagi jika Anda dan tim menawarkan pengalaman yang menyenangkan seperti mencicipi makanan gratis.
7. Analisis dan evaluasi

Dalam menerapkan taktik ataupun strategi marketing, analisis dan evaluasi itu hukumnya wajib. Termasuk pula saat Anda dan tim menggunakan taktik experiential marketing.
Oke, mungkin kalau menggunakan media sosial, pekerjaan jadi lebih mudah. Anda dan tim tinggal mempelajari data-data dari engagement rate, hashtag, social media mention, dan sebagainya. Bagaimana jika offline?
Anda dan tim bisa meminta feedback kepada konsumen secara langsung. Mulai dari tingkat kepuasan terhadap produk, tata letak stand, hingga kualitas pelayanan.
Cari tahu lebih lanjut
Mau diakui atau tidak, experiential marketing sangat membantu dalam memasarkan produk tanpa perlu konsumen menyadarinya. Bagi Anda yang ingin menciptakan efek everlasting, taktik ini cocok sekali diterapkan pada brand Anda.
Experiential marketing sendiri merupakan salah satu dari sekian banyaknya taktik guerrilla marketing, atau taktik membuat konsumen terkesan dengan memberikan efek kejutan. Jika dipadupadankan dengan taktik guerrilla marketing lainnya, tentu campaign Anda akan sangat mematikan!
Kami merekomendasikan untuk membaca pengantar guerrilla marketing dulu (klik link ini), dan setelah itu Anda bisa melanjutkannya dengan membaca serial guerilla marketing lainnya sebagai berikut:
- Ambush Marketing, Strategi Numpang tapi Bisa Bikin Brand Viral
- Ambient Marketing, Trik Sederhana Buat Brand Mudah Diingat
- Buzz Marketing, Strategi Ampuh Menyita Perhatian Konsumen
Semoga bermanfaat!
Sumber: B2B Marketing | SalesForce | SendPulse