Sering kita melihat penggunaan emoji dalam digital marketing, terutama di caption dari sebuah postingan ads. Menurut beberapa orang, hal itu dilakukan karena emoji dikabarkan mampu meningkatkan angka penjualan. Pertanyaannya, benarkah demikian?
Sebelum sampai pada kesimpulan itu, mungkin ada baiknya jika kita memahami cara kerja ads di media sosial (medsos) terlebih dahulu. Apa pun perbedatannya, ads secara psikologis terlihat lebih menonjol di mata audiens jika menggunakan bahasa yang personal dan informal.
Emoji sendiri…
Emoji sendiri, seperti kita ketahui, pembuatannya pertama kali ditujukan untuk menambahkan efek ekspresi dari sebuah pesan komunikasi online berkali lipat dari sebelumnya.
Hal ini karena bagi sebagian besar orang, gaya bahasa dari sebuah pesan komunikasi online terasa monoton dan kurang ekspresif jika tidak ditambahkan sesuatu.
Dengan adanya emoji, pesan komunikasi online jadi lebih mudah dimengerti dan menarik perhatian orang-orang untuk mau membacanya.
Menurut survei Spin Sucks saja, 4 dari 10 digital marketer menggunakan emoji dalam digital marketing mereka, dimana ads mereka dikabarkan mengalami peningkatan untuk diperhatikan oleh audiens sebesar 33 persen lebih tinggi dari ads biasa.
“Penggunaan emoji dalam sebuah tweet dapat meningkatkan engagement sebesar 25,4 persen. Sementara, untuk postingan di Facebook, jumlah likes akan meningkat sebesar 57 persen serta jumlah komentar dan share sebesar 33 persen.”
Hubspot
Untuk ukuran B2B sekalipun, efek emoji dalam digital marketing juga dapat dirasakan betul. Karena, ketika emoji digunakan dalam format bisnis, akan timbul sebuah kesan bahwa brand B2B yang melakukannya, memiliki kepribadian yang hangat dan ramah dalam berkomunikasi.
Emoji vs emotikon, mana lebih baik?
Sebelum era kehadiran emoji, orang-orang di berbagai belahan dunia kerap kali menggunakan emotikon dalam pesan komunikasi online yang mereka buat. Hal ini mereka lakukan agar interaksi online terasa lebih hidup sebagaimana ketika sedang berinteraksi langsung tatap muka.
Lantas pertanyaannya, adakah perbedaan antara emoji dan emotikon? Jawabannya, jelas ada. Mungkin, selama ini kita menganggap bahwa keduanya hanya simbol dengan efek dan manfaat yang sama saja – tidak ada bedanya sama sekali.
Namun, pemikiran tersebut akan terpatahkan begitu Anda melihat gambar emoji seperti di bawah ini:
Bisa Anda lihat sendiri bahwa emoji menggambarkan berbagai ekspresi wajah, kegiatan, dan objek. Lebih banyak dan berwarna ketimbang emotikon — yang terkadang juga terasa seperti mengganggu estetika dari pesan komunikasi online yang kita buat.
Dengan demikian, emoji menawarkan lebih banyak kekuatan daripada emotikon dalam melipatgandakan pesan atau makna dari sebuah campaign digital marketing.
Tips ampuh menggunakan emoji dalam digital marketing 😱

Saat membaca artikel ini, mungkin beberapa di antara Anda berpikir untuk memasukkan emoji dalam postingan yang sudah dibuat atau bahkan menulis ulang baru kemudian memasukkan emoji.
Sebenarnya tidak masalah, tetapi penting sekali bagi Anda dan tim untuk memahami audiens terlebih dahulu, supaya kalian tahu kira-kira metode pendekatan seperti apa yang paling tepat digunakan.
Bagaimanapun caranya, demografi audiens kalian memainkan peran penting dalam menentukan kapan dan bagaimana seharusnya emoji digunakan dalam sebuah digital marketing campaign.
Tidak cuma itu, demografi audiens juga akan berpengaruh terhadap jenis emoji yang sebaiknya kalian gunakan.
Maka itu, kami sarankan kepada kalian untuk mengenali target audiens terlebih dahulu. Mulailah dengan melakukan riset dan penelitian terhadap strategi kompetitor selama ini dalam menggunakan emoji.
Dengan begitu, kalian nantinya akan tahu kapan dan bagaimana seharusnya dalam menggunakan emoji.
Namun demikian, kalian juga harus menyesuaikan penggunaan emoji dengan platform yang digunakan. Jangan sampai, penyebaran emoji pada campaign Instagram disamakan dengan pada email.
Mungkin sekilas terlihat merepotkan, tetapi beginilah adanya. Penggunaan emoji benar-benar bergantung dengan platform yang dituju.
Berikut kami sajikan tips menggunakan emoji berdasarkan platform yang digunakan:
Emoji di medsos 📱

Ibarat Anda dan tim yang saling melengkapi satu sama lain dengan sempurna. Begitulah kira-kira gambaran tentang emoji dan medsos.
Diakui atau tidak, kita dan orang-orang di luar sana menggunakan emoji untuk membumbui postingan agar bisa menarik perhatian target audiens. Bukankah rasanya sesak jika melihat postingan kita sepi interaksi?
Maka itu, gunakanlah emoji agar postingan bisa mendapatkan banyak interaksi. Sederhana saja, tidak perlu ribet-ribet!
Semisal, postingan kalian berupa single post yang isinya mengajak orang-orang untuk berpendapat setuju atau tidak terhadap postingan tersebut. Nah, emoji 👍🏼 atau 👎🏼 bisa menjadi pilihan terbaik untuk kalian gunakan.
Atau mungkin kalian ingin membuat sebuah postingan dengan memberikan pertanyaan terbuka, misalnya seperti, “Apa hewan favorit Anda?🐶🐱🐸🐴🦉”. Dengan cara ini, postingan kalian bisa dipastikan akan mendapatkan banyak interaksi.
Emoji di email marketing 📬

Tidak hanya di medsos, emoji ternyata memberikan banyak efek luar biasa terhadap digital marketing campaign di email. Penasaran kenapa bisa begitu?
Coba posisikan diri kalian sebagai audiens. Ketika menerima puluhan email masuk, kira-kira email mana yang menarik perhatian kalian untuk membuka dan membacanya sampai habis? Apakah yang judulnya hanya ada tulisan? Atau ada emojinya?
Gunakanlah emoji ke dalam email marketing kalian untuk meningkatkan engagement ratenya.
Pastikan emoji digunakan untuk menekankan poin tertentu, bukan untuk menggantikan teks. Karena kalau begitu, bukannya mengerti, audiens kalian malah tidak tahu apa maksud dari email kalian.
Selain itu, jangan lupa untuk uji selalu email kalian di browser yang berbeda-beda. Karena, bisa saja setiap browser memiliki emoji bawaannya masing-masing, sehingga berkemungkinan untuk tidak mendeteksi emoji dari email kalian.
Emoji di paid social advertising 📈

Sama seperti posting medsos, menggunakan emoji di paid ads juga dapat meningkatkan engagement dari ads.
Cara seperti ini pernah diuji oleh Adespresso sebelumnya. Hasil temuan mereka menunjukkan bahwa ads dengan emoji di judul memiliki rasio cpc 241 persen lebih tinggi daripada ads tanpa emoji.
Sprout Social juga diketahui telah melakukan penelitian serupa, dimana ditemukan bahwa penggunaan emoji menghasilkan 84 persen lebih banyak jumlah download dari sebuah postingan daripada tidak menggunakan emoji sama sekali.
Gunakanlah emoji dalam paid social advertising untuk memperkuat pesan dari campaign yang dibuat. Namun, dengan catatan emoji sudah digunakan sebelumnya di beberapa campaign lainnya, supaya ads terasa lebih alami dan tidak dibuat-buat.
Gunakan emoji dalam marketing campaign
Pada intinya, penggunaan emoji bermanfaat untuk meningkatkan visibilitas dari konten, bahkan membuat jumlah klik lebih banyak dari seharusnya. Namun demikian, penggunaan emoji tetap harus disesuaikan dengan platform medsos yang digunakan. Sehingga, hasilnya bisa maksimal.
Mari berlangganan dengan Increasink.co.id untuk mendapatkan pemberitahuan tentang artikel-artikel terbaru kami. Kunjung laman ini untuk membaca artikel marketing lainnya.
Sumber: Bora | Sprout Social | Staenz