Apakah Anda pernah tergesa-gesa membeli suatu produk karena takut kehabisan atau dianggap ketinggalan zaman? Jika iya, kemungkinan Anda terkena sindrom FOMO!
Apakah yang Dimaksud dengan FOMO?

Beberapa tahun terakhir, istilah Fear of Missing Out atau biasa disebut dengan FOMO ramai menjadi bahan perbincangan ahli kesehatan mental dan marketing. FOMO biasa digunakan untuk merujuk pada pola perilaku anak-anak muda yang cenderung memiliki kekhawatiran berlebihan bahkan merasa ketakutan akan tertinggal tren yang sedang berjalan. FOMO telah termasuk dalam gangguan kesehatan mental. Beberapa ahli khawatir jika nantinya fenomena ini semakin meluas di kalangan generasi muda. Dari sisi marketing, sindrom ini mulai dimanfaatkan untuk membantu perusahaan menciptakan produk yang berpotensi hype di pasaran. Marketing FOMO mampu membawa keuntungan berlipat ganda bagi produsen seiring dengan terjadinya peningkatan konsumen yang melakukan pembelian.
Kecanduan media sosial juga menjadi salah satu bentuk FOMO. Media sosial dapat menjadi sumber ketakutan itu sendiri. Contohnya ketika Anda melihat teman Anda memiliki mobil baru, Anda merasa gelisah, iri, dan takut secara bersamaan. Ini berlaku di semua kalangan usia. Begitulah marketing FOMO bekerja. Dengan memanfaatkan rasa takut, gelisah, dan iri tersebut untuk membuat calon pelanggan potensial melakukan kegiatan pembelian dengan lebih cepat dan minim pertimbangan. Karena jika tidak cepat, mereka akan ketinggalan diskon, kehabisan karena limited stock, dan sebagainya. Intinya FOMO takut akan ketinggalan sesuatu.
Konsep FOMO mulai berkembang sejak tahun 2013. Meski begitu, sebenarnya sejak dulu sudah ada konsep “takut ketinggalan”, sebelum teknologi berkembang yang ditandai dengan adanya smartphone dan media sosial. Gejala FOMO yang berupa keadaan dimana generasi muda milenial takut melewatkan sebuah event, barang, atau jasa yang sama dengan orang sekitar kemudian dimanfaatkan oleh para marketer. Marketer-marketer di perusahaan menyusun strategi marketing yang pas dengan kondisi milenial saat ini. Tentunya dengan memanfaatkan media sosial karena media sosial menjadi wadah sekaligus alat yang sangat krusial dalam mengaplikasikan marketing FOMO ini.
Bagaimana Mempraktikkan Marketing FOMO?

Terdapat lebih dari 60% anak muda memutuskan untuk mengonsumsi, membeli, menyewa, atau menggunakan sesuatu karena takut dibilang kudet oleh teman-temannya. Berikut adalah strategi marketing FOMO yang efektif digunakan berdasarkan situasi tersebut:
1. Buat urgensi

Ciptakan keadaan menjadi urgent untuk calon konsumen potensial. Buat seolah-olah jika mereka tidak segera memutuskan untuk membeli produk tersebut, mereka akan terdesak. Tanamkan bahwa keputusan untuk membeli tersebut adalah hal yang harus dan layak dilakukan. Contoh strategi ini adalah pada sepatu Ventela dan Compass beberapa saat lalu dimana mereka menggunakan propaganda local pride yang mendesak anak-anak muda saat itu untuk membeli, meskipun dengan harga yang melambung tinggi melebihi sepatu brand luar negeri yang sudah terkenal dan teruji kualitasnya.
2. Beri diskon terbatas

Siapa yang tidak tergoda dengan potongan harga? Dapat memiliki barang dengan harga di bawah harga normal adalah kesempatan yang jarang dilewatkan orang-orang. Apalagi jika diskon tersebut hanya berlangsung dalam kurun waktu singkat. Para pembeli akan lebih bersemangat untuk membelinya karena ingin mendapat diskon seperti orang lain. Marketing FOMO satu ini menjadi salah satu strategi terpopuler yang sudah diterapkan di berbagai macam bisnis. Strategi ini telah terbukti mampu meningkatkan penjualan dalam waktu cepat.
3. Tampilkan testimoni

Terdapat sebuah penelitian di Kanada yang dilakukan pada responden milenial bahwa sebanyak 68% dari mereka melakukan kegiatan mengonsumsi, membeli, menghadiri atau menggunakan suatu acara, produk barang atau jasa karena terpengaruh oleh orang lain yang telah terlebih dahulu mengalaminya. Tak heran bisnis endorsement sangat menjamur saat ini di berbagai platform sosial. Untuk B2B, Anda dapat menampilkan testimonial dari perusahaan yang sudah menggunakan produk atau layanan jasa Anda di website.
4. Beritahu penjualan secara real-time

Hal ini dapat dilakukan karena adanya konsep social proof yang merupakan keadaan sosial yang terjadi ketika seseorang mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu karena orang tersebut sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa banyak orang lain yang sudah mengambil keputusan serupa. Konsep tersebut benar adanya karena milenial cenderung mengikuti hal yang dilakukan orang lain dan merasa lebih nyaman membeli suatu produk jika orang lain juga membeli produk itu. Pencantuman live sales notification pada website Anda, akan membuat visitor lebih yakin untuk membeli karena mereka melihat sendiri adanya transaksi di website Anda.
5. Tampilkan jumlah stok produk

Anda dapat menunjukkan stok produk yang tersisa pada etalase barang tersebut. Cantumkan hal-hal semacam “produk X hanya tersisa 2 buah saja” atau “warna hitam tinggal 1 buah”. Hal itu akan bekerja pada konsumen FOMO yang sangat terkait dengan rasa ingin memiliki dengan cepat. Terdengar sepele namun hal ini akan mempengaruhi psikologi konsumen Anda untuk terpancing agar membeli produk Anda dengan cepat.
6. Ciptakan iklim kompetitif antar konsumen

Buat konsumen Anda bersaing satu sama lain untuk mendapatkan produk Anda. Strategi marketing FOMO satu ini dapat dilakukan dengan mencantumkan berapa orang yang telah menekan likes pada produk X, berapa orang yang telah melihat produk tersebut, dan berapa jumlah orang yang sudah membeli produk tersebut. Selain iklim kompetitif yang dapat terbangun, ini juga memungkinkan terbangunnya kepercayaan bisnis Anda.
7. Beri fitur spesial untuk pembeli pertama

Cara lama ini sangat efektif untuk diterapkan di tengah perilaku FOMO. Layanan dapat bermacam-macam, seperti gratis ongkos kirim, voucher, atau bonus tertentu. Beri kuota 10, 20, 30 atau bahkan 100 pembeli pertama akan mendapatkan layanan spesial tersebut. Metode ini selain efektif untuk menggaet konsumen, juga dapat menghasilkan banyak interaction bahkan conversion pada produk tertentu.
8. Perbaiki section rekomendasi produk

Merekomendasikan produk berdasarkan yang dicari, dilihat, atau dibeli konsumen merupakan praktik yang sudah biasa. Anda dapat mengubah strategi ini menjadi lebih FOMO dengan cara mengganti “produk yang berkaitan” atau “rekomendasi produk yang sejenis” menjadi “orang lain juga mencari, melihat, atau membeli produk ini”. Trik ini juga masih terkait dengan social proof seperti yang telah dijelaskan di atas sehingga dapat memunculkan perasaan FOMO pada konsumen.
Secara umum, marketing FOMO membutuhkan penelitian dan manajemen sumber daya manusia kredibel yang memiliki kemampuan untuk memprediksi dan membaca tren serta perilaku konsumen. Strategi marketing FOMO pun sama seperti strategi marketing lainnya, yang apabila tidak dijalankan hanya seperti kendaraan tanpa roda. Menerapkan FOMO bukanlah perkara yang sulit. Marketing FOMO efektif meningkatkan penjualan dan keuntungan perusahaan karena strategi ini bermain dengan cara menyentuh kondisi psikis seseorang. Anda dapat menggabungkan FOMO dengan strategi bisnis lain jika memungkinkan. Gunakan pula software atau tools tertentu untuk membangun strategi marketing FOMO.