Bukan terjangkau tidaknya harga produk, ternyata kunci penjualan bisa laris manis ada pada brand value. Simak penjelasan lengkapnya kenapa bisa begitu!
Apa itu brand value?

Sederhananya, berapa total biaya yang konsumen relakan untuk membayar lebih untuk suatu produk.
Semisal, suatu produk dipasang harga Rp 10.000. Maka, bisa saja menurut konsumen harga yang cocok adalah sebesar Rp 15.000.
Jadi di sini, konsumen memiliki pandangan tersendiri terkait harga yang pantas untuk suatu produk harusnya berapa.
Bukan karena pengaruh dari merek atau bisnis.
Kita sama sekali tidak punya pengaruh atas keputusan konsumen dalam menentukan harga produk menurut pandangan mereka.
Namun, kita tetap punya pengaruh dalam membentuk cara pandang konsumen terhadap harga suatu produk.
Mau bagaimanapun juga, cara pandang konsumen terhadap suatu produk, salah satunya, dipengaruhi dari bagaimana mereka memandang merek.
Apakah merek sudah sesuai dengan ekspektasi mereka? Meningkatkan status sosial mereka atau semacamnya?
Seperti katakanlah Coca-Cola. Dipersepsikan lebih bagus brand value-nya ketimbang Pepsi.

Atau bahkan memiliki hubungan yang erat dengan mereka? Karena merek linier dengan personal values mereka?
Sampai-sampai mengesampingkan kehadiran kompetitor? Hanya memikirkan tentang merek tersebut saja?
Kalau sudah seperti itu, konsumen kemungkinan besar akan terus memikirkan merek sepanjang waktu.
Sampai rela membayar lebih untuk suatu produk. Tanpa ada rasa penyesalan karena telah membuat keputusan tersebut.
Kira-kira itulah yang terjadi ketika konsumen sudah menentukan brand value mereka sendiri.
Pertanyaannya: apakah benar brand value sesederhana itu?
Bukankah itu akan menyenggol masalah biaya produksi, operasional, dan sebagainya?
Jawabannya: iya, sayangnya brand value tidak sesederhana itu.
Karena suatu brand value bisa bernilai besar kalau dari segi produknya sendiri sudahlah berkualitas.
Jangan sampai suatu produk dipasang harga tertentu, tetapi ternyata kualitasnya tidak sepadan dengan harganya.
Produk harus dirancang sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan bahwa ia memang layak dibeli dengan harga lebih mahal.
Dengan catatan, produk juga tetap mencerminkan kualitas dari merek.
Itu berarti hal-hal di bawah ini:
- Packaging produk
- Pengolahan produk
- Promosi produk atau merek
Harus benar-benar dipikirkan sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan bahwa produk memanglah berkualitas dan layak untuk dibeli dengan harga lebih tinggi.
Dari segi perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya agar brand value sudah sesuai dengan tren pasar saat ini.
Jangan sampai nilainya tidak sesuai dengan tren pasar. Apalagi kalau terlalu kekecilan.
Karena kalau seperti itu, yang ada produk dikatakan tidak menjual dan mengikuti keinginan pasar saat ini.
Jadi jatuhnya beda ya dengan brand equity, bahkan jauh lebih kompleks bahasannya.
Berbeda dengan brand equity

Sementara brand equity berbicara tentang persepsi konsumen dan sikap mendukung mereka, brand value lebih pada berapa harga yang worth it untuk merek maupun produk kita di mata konsumen.
Itu berarti, konsumen yang suka dengan merek kita ketimbang kompetitor, bahkan menunjukkan loyalitasnya secara terang-terangan, berkontribusi terhadap brand equity.
Kalau behaviour konsumen sudah seperti ini, otomatis tentu brand value akan mengalami peningkatan.
Karena apa?
Karena kalau konsumen sudah cinta dengan suatu merek, mereka akan memandang merek sangat bagus, sekalipun tidak menurut orang-orang.
Mereka pun akan menganggap bahwa produk dari merek sepatutnya dibayar lebih mahal. Besarnya tidak seperti ketika mereka baru membeli produk untuk pertama kalinya.
Secara tidak langsung, brand value dari suatu merek di mata konsumen, mengalami peningkatan.
Jadi bisa dilihat bahwa brand equity adalah salah satu faktor yang berkontribusi terhadap brand value. Keduanya tidaklah sama.
Bagaimana cara tahu brand value kita sekarang?

1. Langsung coba meningkatkan harga produk
Mudah saja. Langsung menaikkan harga produk, amati bagaimana konsumen dalam meresponsnya. Itu.
Jika mereka merasa keberatan, berarti ada yang perlu dievaluasi dari produk, merek, atau segala hal terkait.
Namun kalau konsumen menanggapinya dengan positif, kita tetap perlu berupaya agar nilainya bisa terus bertambah dan menguntungkan kita.
2. Iseng coba tanya kepada kompetitor
Cara lainnya, kita bisa tanyakan kepada kompetitor kita, kira-kira berapa harga yang mereka relakan untuk membeli produk kita.
Syukur-syukur kalau dapat jawabannya, Anda dapat memperkirakan harga yang pas untuk produk Anda. Sekaligus tahu berapa kualitas merek kita di mata orang awam.
3. Tanyakan langsung kepada vendor
Anda juga dapat menanyakan langsung kepada vendor, berapa kira-kira biaya untuk mengembangkan merek seperti merek Anda saat ini.
Dari situ, Anda akan dapat gambaran sekiranya kualitas dari merek Anda ini sudah menyentuh angka berapa.
4. Brand association
Brand association secara tidak langsung menunjukkan, apakah konsumen memandang positif atau negatif terhadap merek kita.
Apakah mereka merasa senang dengan kehadiran merek kita. Atau justru merasa geram atau resah.
Dari situ, kita bisa meraba-raba brand value dari merek kita.
5. Customer Loyalty
Dengan mengetahui berapa jumlah customer yang loyal dengan bisnis kita, kita setidaknya bisa tahu, seberapa tinggi atau bagus brand value bisnis kita di mata mereka.
Semakin banyak yang loyal, maka semakin tinggi brand value-nya.
Semakin sedikit yang loyal, maka semakin rendah nilainya.
Sederhananya seperti itu.
Bagaimana brand value dibangun melalui marketing

Brand value chain atau rantai nilai merek, tidak membahas tentang bagaimana brand value dibangun secara online, atau bahkan bagaimana behaviour digital memengaruhi perilaku konsumen.
Lebih tepatnya, bagaimana nilai dari suatu merek dapat dibangun melalui marketing.
Sederhananya begini.
Brand value chain terdiri dari 4 tahapan, yaitu investasi untuk kegiatan marketing, mindset konsumen, kinerja pasar, dan nilai pemegang saham.
Dengan begitu, besar dari suatu brand value dipengaruhi oleh besaran angka dari masing-masing tahapan-tahapan tadi.
Apabila ternyata nilai dari investasi marketing kecil, katakanlah, maka nilai dari suatu merek di pandangan konsumen akan jauh lebih kecil, ketimbang investasi marketing dengan jumlah lebih besar.
Atau ternyata mindset konsumen kurang positif terhadap produk atau bahkan merek kita, maka nilai dari suatu merek di pandangan konsumen, tentu akan jauh lebih kecil ketimbang mindset yang positif.
Kira-kira seperti itu gambarannya.
Bagaimana cara membangun brand value untuk jangka pendek?
1. Brand loyalty
- Kurangi cost marketing
- Pikat pelanggan baru dengan awareness & kepastian
- Selalu aware dengan perkembangan kompetitor
2. Brand visibility
- Tingkatkan kehadiran secara online maupun offline
- Ciptakan kesan akrab dengan konsumen
- Buat copywriting yang menarik dan nendang
3. Brand association
- Komunikasikan informasi secara efektif
- Tegaskan positioning dengan jelas!
- Ciptakan perasaan positif
Itulah sedikit penjelasan mengenai apa itu brand value.
Bagaimana? Apakah Anda sudah terbayang brand value dari merek Anda kira-kira seperti apa?
Pastikan agar Anda dan tim selalu memantau hal ini, ya!
Silakan baca-baca artikel lainnya untuk memperkaya khazanah bisnis Anda: