Brand image, apa itu? Kenapa bisa dikatakan sangat berpengaruh terhadap bisnis kita? Apa jadinya jika bisnis kita tidak memilikinya?
Apa itu brand image?

Kita tahu bahwa citra merek kita tergantung dengan bagaimana konsumen mempersepsikannya.
Misal, konsumen menganggap merek kita ceria dan ramah. Padahal, belum tentu kita maunya seperti itu — malah mungkin inginnya merek tampak serius dan profesional.
Atau mungkin Nike. Saat mendengar namanya, sadar atau tidak, kita secara otomatis akan mengingatnya “berani”, “percaya diri”, atau lainnya. Sementara mungkin apa yang diharapkan dari Nike awalnya tidak seperti itu. Mungkin lho ya, mungkin.
Begitulah kira-kira gambaran dari brand image; ia adalah tentang apa yang dipikirkan atau dirasakan konsumen saat melihat suatu merek. Jadi, definisinya berbeda dengan merek itu sendiri.
Lalu pertanyaannya: apa yang membuat konsumen bisa menganggap merek kita seperti ini itu? Apakah ada suatu alat bantu? Atau serta-merta langsung terjadi begitu saja?
Jawabannya: terjadi begitu saja.
Konsumen kita memandang merek kita seperti ini itu bukan karena produk kita. Bukan karena apa-apa yang kita tuliskan di situs web. Pokoknya, bukan apa-apa yang kita omongkan panjang-lebar kepada mereka.
Visual dari merek atau bisnis kita. Itu.
Kalau menurut Keller (1993), sebagaimana dikutip dari laman The Branding Journal, brand image kita terbentuk begitu konsumen:
- Menyimpulkan seperti apa merek kita dari visual merek.
- Mengetahui secara sekilas informasi yang tampaknya memiliki hubungan dengan merek kita, seperti misalnya kira-kira merek kita berasal dari negara mana.
- Ingat bahwa sebelumnya pernah mendengar tentang merek kita entah dari teman, kerabat, atau rekan kerja mereka.
Jadi, Anda sudah paham ya apa itu brand image. Mengapa konsumen bisa menganggap merek kita seperti ini itu hanya dengan sekali pandang. Bagaimana brand image sebenarnya bekerja.
Selanjutnya kita akan membahas bedanya brand image dengan brand identity. Kedua istilah ini sering sekali tertukar karena sekilas kedengarannya sama persis, padahal keduanya sangatlah berbeda.
Berikut penjelasannya.
Brand identity VS. brand image

Brand identity, apa lagi itu? Bukankah sama saja dengan brand image? Kalaupun beda, apa dampaknya bagi bisnis kita?
Jadi begini. Menurut David Aaker, seorang akademisi tersohor di bidang branding, perusahaan suka tertukar antara brand identity dan brand image. ‘Jebakan betmen’ seperti ini nyatanya sangat berbahaya bagi bisnis kita ke depannya.
Brand identity, misalnya, secara definisi adalah segala sesuatu yang coba dikomunikasikan oleh merek mengenai dirinya sendiri. Jadi, mereka ingin asosiasi yang dipandang oleh konsumen sesuai dengan yang mereka harapkan, terlepas berhasil tidaknya cara-cara yang digunakan.
Berdasarkan definisi tersebut, berarti kira-kira merek akan melakukan sejumlah brand activation agar persepsi konsumen sesuai dengan harapan mereka.
Sementara brand image merupakan hasil sementara atau akhir dari brand activation. Semisal, brand activation baru setengah jalan dan itu cenderung menampilkan brand identity profesional & bersahaja, misalnya. Maka, brand image yang tampak akan seperti itu, terlepas brand identity-nya mencakup profesional, bersahaja, percaya diri, tegas, dan lainnya.
Kira-kira seperti itulah perbedaan antara brand image dan brand identity.
Namun begitu, perlu kita tahu bahwa brand identity tidak selamanya harus pakem seperti ini itu. Terkadang, ada situasi dan kondisi yang mengharuskan merek untuk bersikap luwes; mengikuti apa yang diinginkan oleh konsumen.
Itulah kenapa, sewaktu-waktu, brand identity boleh dianggap sama dengan brand image.
Brand awareness VS. brand image

Tidak hanya dengan brand identity, brand image juga sering tertukar dengan brand awareness.
Menurut Anda sendiri, apa perbedaan antara brand awareness dan brand image?
Secara definisi maupun konsep, brand awareness adalah tentang seberapa jauh konsumen mengenali dan memikirkan merek kita. Apakah mereka hanya mengetahui sebatas permukaan saja. Atau malah sudah sampai tahap mengenal seluk-beluk merek.
Beda sekali dengan brand image, sebagaimana yang sudah kita bahas tadi. Ia lebih pada apa yang dipikirkan atau dirasakan konsumen begitu melihat visual dari merek kita.
Apa pentingnya brand image?
1. Bantu brand jadi top of mind

Dengan menonjolnya nilai atau asosiasi tertentu dari merek, bukan tidak mungkin merek menjadi top of mind di industrinya.
Misal, katakanlah ada bisnis terapi tubuh bernama KARADA. Bisnis ini memiliki brand image profesional, ‘memang ahlinya’, ‘punya teknik khasnya sendiri’, atau teruji dengan baik.
Begitu konsumen mendengar kata ‘relaksasi’ atau ‘pijat’, ingatan mereka secara otomatis akan tertuju pada KARADA dengan brand image yang seperti itu. Mereka dapat membedakan KARADA dengan kompetitor dengan baik.
2. Mencitrakan profesionalitas perusahaan

Diakui atau tidak, konsumen seringnya menilai merek atau perusahaan kita dari ‘penampilan’ kita, bukan dari apa yang selalu kita gembar-gemborkan.
Misal, elemen visual dari merek kita berantakan (misal: logo, banner, dsb), maka merek kita akan dianggap ‘cuek’, ‘kurang menghargai konsumen’, ‘tidak profesional’, dan sentimen negatif lainnya.
Beda halnya ketika UI/UX situs web kita rapi, terstruktur, dan visualnya tidak bermasalah. Konsumen akan menganggap merek kita profesional, berorientasi pada konsumen, dan kredibel.
Sekilas memang tampaknya bukan suatu masalah besar. Namun, hal seperti ini nyatanya berpengaruh sekali terhadap nasib bisnis kita ke depannya. Kepuasan dan respons konsumen sangat menentukan laku tidaknya produk kita.
3. Membangun reputasi

Brand image mencerminkan keseriusan kita terhadap masa depan merek kita. Apalagi kalau citranya positif, konsumen maupun calon konsumen akan memandang baik merek kita. Memandang bahwa merek kita memanglah ‘sang juru selamat’ bagi kehidupan mereka.
Bagaimana cara membangun brand image yang positif?

1. Menetapkan brand identity
Seperti sudah dikatakan sebelumnya, brand image merupakan hasil akhir atau sementara dari brand image. Itu artinya, kita perlu menentukan brand identity dulu sebelum akhirnya membangun brand identity.
Pertanyaannya: bagaimana cara membangun brand identity yang baik?
Di artikel ini kami tidak akan membahas brand identity panjang-lebar. Namun begitu, sekiranya Anda bisa menyiapkan template desain logo, konten digital, spanduk digital, dan elemen-elemen visualnya.
Silakan diskusikan bersama tim Anda atau kontak Increasink di sini untuk jalan cepatnya.
Sebagai catatan, pastikan Anda sudah mengetahui apa sebenarnya merek Anda itu. Apa yang ditawarkan oleh merek Anda kepada target konsumen. Kenapa konsumen harus memilih merek Anda di antara yang lain.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan memudahkan Anda dan tim dalam menyiapkan keperluan-keperluan untuk brand identity.
2. Lakukan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, and Threat)
Ini langkah terpenting berikutnya yang harus dilakukan: analisis SWOT.
Analisis SWOT akan membantu kita mengenali, mengidentifikasi, dan memaksimalkan peluang-peluang yang ada, dengan menutup ancaman-ancaman yang kemungkinan datang di kemudian hari, sehingga bisnis kita tampil unggul dibandingkan kompetitor.
Selain itu, analisis ini juga membantu kita memahami berada di mana posisi merek kita. Apakah masih tertinggal jauh dari kompetitor atau malah sudah jauh lebih unggul.
3. Kenali siapa target audiens kita
Mengenali target audiens adalah kunci dari segala strategi bisnis, termasuk dalam hal ini strategi brand image kita.
Seperti yang sudah-sudah, tentukan siapa target audiens kita berdasarkan geografis, demografis (detail pribadi), psikografis (gaya hidup & nilai-nilai diri), dan behavioral (perilaku berbelanja).
Tuliskan secara rinci satu profil konsumen yang sekiranya mewakili keseluruhan target audiens kita. Isi semua data geografis, demografis, psikografis, dan behavioral yang kita dapatkan. Enah melalui wawancara langsung, mengisi form, maupun cara-cara lainnya.
4. Identifikasi kebutuhan audiens
Selain mencari tahu profil dari target audiens kita, kita juga harus mampu mengidentifikasi kebutuhan mereka. Apa kira-kira pain point mereka yang belum terselesaikan sampai sekarang, tetapi itu bisa langsung hilang dengan bantuan produk kita.
Mau bagaimanapun juga, brand image kita harus menunjukkan kepada target audiens bahwa produk kita memang dapat menyelesaikan permasalahan mereka.
5. Tentukan brand value proposition
Kalau sudah tahu apa saja gain yang diinginkan konsumen dari kita, maka selanjutnya adalah menentukan brand value proposition kita.
Meskipun kita sudah menentukan brand identity kita, bahkan sudah melakukan analisis SWOT, tetapi tetap saja kita perlu mencari tahu apa yang membedakan merek kita dengan kompetitor.
Brand image yang kuat adalah brand image yang dapat dikenali dengan baik oleh konsumen. Sementara, untuk bisa seperti itu, merek harus sudah menentukan brand value proposition-nya terlebih dulu.
Untuk menetapkan brand value proposition, cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Apa yang membedakan merek kita dengan kompetitor kita?
- Apa yang membuat merek kita lebih unik dan baik dibandingkan kompetitor kita?
- Apakah dari keunikan tersebut bisnis kita bisa melaju terus?
Seperti contoh value proposition-nya Shopify dari copywriting berikut ini:
Dari copywriting tersebut, bisa ditelaah bahwa value proposition dari Shopify kurang lebih adalah: start, sell, market, and manage. Di mana empat poin ini mungkin tidak dapat kita temukan di merek-merek serupa lainnya.
6. Brand aesthetic
Bicara soal citra merek, estetika tentu memainkan peranan yang sangat penting. Sebab, bagaimana cara merek bisa dipandang positif, bilamana visualnya saja tidak mengandung estetika?
Ambil contoh Shopify lagi. Menurut Anda, kenapa merek ini bisa sampai diingat oleh banyak orang, bahkan yang tidak menjadi target audiens mereka pun mengetahuinya? Apa yang membuatnya seolah seperti memiliki vibrasinya sendiri?
Brand aesthetic. Itu jawabannya.
Coba kita lihat gambar di bawah ini:
Bisa dilihat ya, bagaimana visual dari halaman depan situs web Shopify seolah menarik alam bawah sadar kita untuk membersamai mereka.
Semua item tersusun rapi, terstruktur, dan secara psikologis begitu menarik. Kuat juga kesan profesionalnya. Setuju?
Kira-kira seperti itulah gambaran dari bran aesthetic. Bagaimana akhirnya ia bisa mempertajam brand image kita. Bahkan, sampai di tahap menjadikannya tampak positif dan tidak perlu diragukan lagi kredibilitas (merek).
7. Membuat brand guidelines
Membangun citra merek yang baik tentu memerlukan upaya panjang, tidak bisa satu dua kali percobaan langsung jadi begitu saja.
Katakanlah Anda baru membuat akun media sosial (medsos) hari ini, apakah besok audiens langsung tahu merek Anda seperti apa? Tidak mungkin seperti itu, bukan?
Itulah kenapa kita perlu membuat brand guidelines. Untuk menjadi patokan kita selama melakukan brand activation, supaya nanti citra merek tidak melenceng jauh dari brand identity yang diharapkan. Supaya behaviour konsumen masih berada dalam kontrol kita.
Pertanyaannya: bagaimana cara membuat brand guidelines yang baik?
Jawabannya: identifikasi apa saja elemen-elemen visual yang dibutuhkan oleh merek kita. Apakah sekiranya ada elemen teks juga yang dibutuhkan. Apakah ada pedoman-pedoman tertentu yang sekiranya perlu ditaati Anda maupun tim (tagline, brand identity, brand personality, dsb).
Jika sudah, ketikkan semua kebutuhan ke dalam brand guideline. Soal urutannya mau seperti apa, Anda bisa meniru dari contoh-contoh brand guideline yang ada di Internet. Bisa juga sesuka hati Anda — misal seperti mengikuti kerangka buku. Tinggal dipilih mana yang baik.
8. Susun marketing campaign plan

Selain melalui branding, citra merek nyatanya bisa dibentuk dari kegiatan marketing kita.
Coba sekarang kami tanya kepada Anda.
Di samping Increasink, Anda tentu pernah melihat beberapa ads dari digital agency yang menawarkan jasanya. Ada yang membuka dengan harga terjangkau. Ada juga yang harganya di atas standar.
Pertanyaannya: apa yang terlintas di benak Anda ketika melihat ads yang pertama? Bagaimana dengan yang kedua?
Tentu yang pertama dan yang kedua berbeda sekali bukan?
Satu mungkin tampak merakyat dan terkesan sederhana. Sementara satunya lagi terlihat eksklusif dan barangkali lebih profesional.
Kira-kira begitulah gambarannya.
Jadi, Anda sudah tahu ya mengapa kita harus menyusun marketing campaign plan?
Pertanyaannya lagi: bagaimana cara praktis menyusun marketing campaign plan?
Mudah saja.
Pertama, tentukan objective dari campaign Anda. Apakah untuk membangun kesadaran merek. Atau malah untuk menjangkau lebih banyak orang.
Namun yang jelas, muaranya tetap di brand image. Jangan sampai ini terlupakan begitu saja.
Berikutnya, buat campaign. Pastikan konsepnya sudah sesuai dengan objective dari campaign Anda. Usahakan juga agar konsepnya masih masuk akal dengan brand identity Anda.
Bangun brand image Anda sekarang juga!

Itulah penjelasan mengenai apa itu brand image, apa pentingnya, serta bagaimana cara membangunnya. Sering diremehkan dan dianggap bukan persoalan, tetapi ternyata dampaknya sangat luar biasa bagi bisnis kita.
Bagaimana jadinya bisnis jika tidak mementingkan brand image? Apakah citra merek dapat terkontrol dengan baik? Apakah kita punya patokan yang sahih untuk mengevaluasi brand identity kita?
Pada dasarnya, ia mengajarkan kita seberapa penting pandangan dan evaluasi konsumen itu. Mengingatkan kita kembali untuk tetap menjaga hubungan yang baik dengan konsumen. Tetap memprioritaskan dan memuliakan konsumen.
Kami katakan kepada Anda: bangun brand image Anda sekarang juga. Serius, jangan ditunda. Kami tidak mau Anda sampai menyesal di kemudian hari.
Bingung bagaimana cara memulainya? Bagaimana kalau Anda serahkan saja kepada Increasink?
Kami dari Increasink kebetulan sudah berpengalaman selama 10 tahun menangani bisnis perorangan maupun perusahaan. Termasuk dalam hal ini membangun brand image mereka.
Silakan hubungi kontak di laman ini jika Anda berminat. Kami lebih dari kata siap untuk melayani kebutuhan Anda.
Terima kasih dan semoga bermanfaat!